Tidak Hilang. Hanya Lengang

Pulang kerja, sepi. Tak lagi ada bapak dan ibu yang akan menyahutku ketika aku memberi salam, “Horas!” Tak lagi ada alasan untuk mengatakan salam itu. Sepi. Lengang. Sunyi. Kosong. Sedih. Tapi, kata Inang Uda, “Jangan menengok ke belakang. Nanti jadi sedih dan malah tergoda untuk mundur. Sedangkan ini harus dijalani.”

Namun, sungguh. Aku merindukan mereka. Dan ketika kerinduan ini menggunung, apa pun yang tidak menyenangkan dari diri mereka serasa lenyap. Dan aku mau mengingat bahwa mereka memiliki alasan sendiri dan situasi sendiri ketika menjadi tidak menyenangkan. Toh, demikian setiap orang: memiliki dua sisi—termasuk aku!

Ketika aku marah mengapa terjadi ini atau itu di dalam hidupku, aku menyalahkan mereka. Aku menyalahkan masa laluku. Lalu aku ingin agar waktu diputar kembali dan aku memperbaiki semuanya!

Sombongnya aku. Namun sesungguhnya karena begitu lemahnya aku. Dan pengakuan ini tidak mengubah apa pun selain kesedihan mendalam. Memandang sekilas mata mereka pun aku tak sanggup. Pada mataku akan tampak bahwa aku begitu marah pada mereka sekaligus ingin menangis di pelukan mereka. Marah sambil menangis namun aman dalam pelukan mereka.

Aku ingin bilang, aku butuh sandaran. Tetapi, mereka sudah terlalu tua untukku bersandar karena tubuh mereka menua dan penat, pikirku. Aku tidak mau menyusahkan mereka dengan hidupku. Lagipula amarahku hanya akan melukai perasaan mereka: membuka masa lalu yang sudah berkarat. Walau itu hanya amarah yang dikeluarkan, bukan untuk ditanggapi.

Aku ingin berteriak pada langit sekuat-kuatnya. Mengalahkan kilat, guntur, petir.

Aku tidak bermaksud untuk protes lagi. Mungkin memang harus begini adanya.

Aku takut kehilangan mereka. Aku ingin ada di dekat mereka. Hh, entah untuk memenuhi egoku atau memang karena aku mau melakukan apa yang tak bisa kulakukan dulu (yang entahlah apa).

Aku ingin pulang. Aku ingin pulang. Aku ingin pulang, Mak. Aku ingin pulang, Pak. Aku ingin tidur di rumah. [06Oktober2010]

2 thoughts on “Tidak Hilang. Hanya Lengang

Leave a reply to marulai Cancel reply