JANGAN SOMBONG

Dua kata itu yang muncul tiba-tiba di hari ini. Saya tahu itu tidak muncul tanpa alasan. Saya pun yakin itu muncul bukan dari sesuatu yang tidak jelas (Sang Penghibur). Kedua kata itu telah mendorong  saya untuk menulis mengenai: jangan sombong.
Flashback.
Kemarin saya bicara dengan adik saya. Dia menginformasikan sekaligus menanyakan  mengenai rencananya mengikuti tes S2 di sebuah kampus swasta-kristen di Jakarta. Saya menjawab sebisa saya. Setelah saya ingat-ingat—kok rasanya—saya memberi jawaban dengan cara yang BERNADA “gw lebih tahu lho. Nieh gw kasih masukan, yey. Lu pertimbangin deh tu baek-baek.” Hehee… Piissss…
Lalu, setelah itu, ada percakapan dengan seorang teman. Sempat terjadi sharing. Dan ketika saya memberi masukan, setelah saya ingat-ingat, kok rasanya ada hati yang sombong di dada saya.
Saya pun sombong ketika mengatakan bahwa jam berapa pun saya tidur, bangunnya selalu saja sebelum jam beker berbunyi (4.40 WIB). Dan tebak, tadi pagi saya bangun telat 10 menit dari jadwal. Jika jam beker menyala 4.40, dan saya bangun sebelum jam itu (misalkan 5 menit sebelumnya), maka pagi ini saya terlambat bangun 15 menit. Itu cukup untuk menunjukkan bahwa saya keliru. Sempat terpikir—saat itu—baru semalam ngomong gitu, kok malah langsung terjadi yang sebaliknya? Padahal, sebelum-sebelumnya saya tidak pernah bilang begitu, saya bangun sebelum pukul 4.40. Hahahaa….  
Saya jadi teringat dengan Margareth Thatcher melalui The Iron Lady yang bilang begini:

“Hati-hatilah dengan perkataanmu karena perkataanmu akan menjadi tindakan.
Hati-hatilah dengan tindakanmu karena itu akan menjadi kebiasaan.
Kebiasaanmu akan menjadi karaktermu. Dan karaktermu akan menjadi takdirmu.”

Pagi ini, ketika saya berbicara dengan seorang rekan kerja, saya menemukan ada nuansa kesombongan di gaya saya. Dan di situlah muncul “jangan sombong” di benak saya. Dan bersyukur, saya disadarkan sebelum terjadi hal-hal yang tidak menyenangkan—untuk menyatakan bahwa saya telah berdosa. Hm.

Rendah hati. Ya, rendah hati dan senantiasa menyadari bahwa apa yang kita miliki adalah kepunyaan Tuhan, dapat mengontrol diri agar tidak sombong. Apa yang mau disombong-sombongkan? Lha kita sebenarnya tidak memiliki apa-apa kok. Bahkan ketika kita sudah mengusahakan sesuatu  dan mendapatkannya, itu pun kepunyaan Tuhan. Tuhan yang menyediakan, manusia mengusahakan. So, SEMUA adalah HAK MILIK TUHAN. Kita tinggal bersyukur. Bersyukur. Bersyukur dan tidak mencurinya dari Sang Pemilik. [1 Februari 2012]

5 thoughts on “JANGAN SOMBONG

Leave a reply to bukabukaan Cancel reply